BerandaTelaahMuslimahWanita dan Kepemimpinan di Era Modern

Wanita dan Kepemimpinan di Era Modern

Tak bisa dimungkiri atau bahkan kita sudah seringkali mendengar bahwa wanita adalah madrasah pertama. Ia yang akan melahirkan dan mendidik anak, yang mana anak tersebut merupakan generasi penerus bangsa. Dalam sosok ibu, wanitalah yang memiliki porsi lebih besar memimpin jalannya tumbuh kembang anak, sebab ia berinteraksi lebih sering dengan anak. Hadirnya wanita memberi pengaruh besar terhadap generasi dan penerus bangsa.

النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ فَالْإِمَامُ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ زَوْجِهَا وَهِيَ مَسْئُولَةٌ وَالْعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ أَلَا فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ

Nabi saw. bersabda: “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang wanita adalah pimpinan atas rumah suaminya, dan ia pun akan dimintai pertanggungjawabannya. Dan seorang budak juga pemimpin atas harta tuannya dan ia juga akan dimintai pertanggungjawabannya. Sungguh setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban dari hal-hal yang dipimpinnya.” (H.R. Bukhori 4789)

Dari hadis tersebut dapat kita maknai bahwa setiap orang baik laki-laki maupun perempuan adalah pemimpin yang diikuti dengan tanggung jawab masing-masing, yaitu terhadap hal-hal yang dipimpinnya. Serta akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat kelak.

Sebagai pendidik pertama bagi generasi penerus bangsa, wanita haruslah mempersiapkan diri dengan baik untuk menghadapi tantangan dan hambatan. Wanita harus mampu menempatkan dirinya dengan baik dalam segala perannya, sebagai seorang anak, istri, maupun seorang ibu, dan sebagainya. Wanita muslimah memiliki multitugas, baik secara individu, dalam keluarga, dan di anggota masyarakat, ia harus pandai menempatkan diri. Sekurang-kurangnya tugas adalah mampu memimpin dirinya sendiri.

Tidak ada faktor khusus atas perbedaan tingkat derajat manusia di hadapan Allah, selain iman dan takwanya. Manusia sebagai khalifah di muka bumi, baik laki-laki maupun wanita. Namun tentu saja terdapat perbedaan dalam cara berpikir antara laki-laki dan wanita. Dalam hal kepemimpinan, karakter feminisme yang berorientasi pada sikap lembut, sistematis, intuitif, bahkan peka terhadap orang lain mampu mendukung gaya kepemimpinan wanita. Namun wanita juga tak bisa menghindari sisi kelembutan atau kemungkinan pengambilan keputusan dengan melibatkan perasaannya. Wanita cenderung multitasking, mampu mengerjakan beberapa pekerjaan sekaligus. Itu sebabnya terkadang wanita memiliki sisi maskulinisme dalam hal kepemimpinan, yaitu mampu bersikap tegas terhadap ada yang dipimpinnya. Sebab pemimpin memiliki peran penting dalam membantu kelompok atau individu dalam mencapai tujuannya.

Jejak kepemimpinan wanita dalam Islam bahkan telah dicontohkan di zaman nabi, di mana saat itu di zaman jahiliyah, wanita begitu direndahkan di kehidupan masyarakat. Padahal di dalam Islam, wanita sangat dimuliakan. Bahkan di dalam Al-Qur’an telah disebutkan surah khusus yang membahas tentang wanita, yaitu surah An-Nisa yang artinya Wanita. Beberapa tokoh muslimah itu ialah Sayyidah Khadijah binti Khuwailid, sebelum menikah dengan Baginda Rasul, Sayyidah Khadijah adalah wanita mandiri yang memimpin perusahaan besar peninggalan sang ayah. Kemudian ada Sayidah Aisyah binti Abu Bakar as-Shiddiq, istri Rasul setelah sayyidah Khadijah wafat. Beliau seorang intelektual muslimah yang berperan penting dalam perjalanan kepemimpinan wanita di awal penyebaran Islam. Lalu ada Nusaibah binti Ka’ab, yang disebut sebagai ummu umarah, ibu para pemimpin. Salah satu wanita yang kali pertama memeluk Islam, yang mendedikasikan dirinya untuk melindungi Rasullullah dari serangan musuh.  Dan masih banyak kisah wanita muslimah lainnya yang bisa dijadikan contoh bagi kepemimpinan wanita di era modern.

Tantangan reformasi dan globalisasi di era modern saat ini, menuntut seorang pemimpin agar mampu mengelola organisasi atau individu dengan baik dan memperhatikan segala kebutuhan demi tercapainya tujuan bersama. Bahkan dalam hal kepemimpinan, seorang wanita juga memiliki modal untuk menjadi panutan yang dapat memberikan perubahan ke arah yang lebih baik, dalam segi kualitas maupun kuantitas suatu organisasi. Tentunya dengan tidak melupakan tugas fungsinya sebagai seorang wanita muslimah.

Di dalam Al-Qur’an juga telah dikisahkan seorang pemimpin perempuan dari negeri Saba’ yang sukses membawa kemakmuran bagi bangsanya.

إِنِّي وَجَدْتُ امْرَأَةً تَمْلِكُهُمْ وَأُوتِيَتْ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ وَلَهَا عَرْشٌ عَظِيمٌ

“Sungguh, kudapati ada seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta memiliki singgasana yang besar.” (Q.s. An-Naml: 23)

Dalam surah tersebut, Al-Qur’an menerangkan tentang kebijakan yang dilakukan oleh ratu negeri Saba’ yaitu Ratu Bilqis, seorang wanita yang memimpin negeri hingga negerinya memperoleh kemakmuran.

Kepemimpinan wanita dalam urusan umum, boleh tidaknya memang masih menjadi pembahasan di kalangan mayoritas ulama. Namun di lain pihak, ada ulama yang membolehkan wanita menjadi pemimpin di luar rumah tangganya. Karena Al-Qur’an telah memberi isyarat bahwa bukan hanya laki-laki yang bisa menjadi pemimpin. Wanita pun bisa menjadi pemimpin bila mereka memiliki kemampuan dalam melaksanakan amanah tersebut dan memiliki kapabilitas, kapasitas, kualitas keilmuwan, kriteria-kriteria atau memenuhi syarat sebagai seorang pemimpin.

Sebagai seorang wanita muslimah, apabila ia menjadi pemimpin dalam sebuah organisasi, tentu saja selain menjalankan tugasnya sebagai seorang pemimpin, ia juga harus tetap menjaga tugas dan fitrahnya sebagai seorang wanita muslimah. Sebab Islam telah mengatur kehidupan sedemikian rupa dalam landasan Al-Qur’an dan Al-Hadis. Di era modern ini pun, kepemimpinan tidak lagi personal atau individu, tetapi ada kerja sama yang saling bersinergi demi kemaslahatan untuk umat, bangsa, maupun negara. Dan akan selalu ada pertanggungjawaban atas segala sesuatu yang telah dilakukan.

 

Bagi sahabat yang berkenan membantu harakah.co agar terus melahirkan karya yang mengedukasi dan berkualitas, sungguh kami mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya. 

Support kami ke:
Bank Jatim
No Rek: 1282095285
A.n Yayasan Harakah Annajah Surabaya

Konfirmasi ke harakahdotco@gmail.com

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Most Popular

Recent Comments