Tak kenal maka tak sayang, demikian kata pepatah. Maka untuk bisa sayang kepada sesuatu atau seseorang terlebih dahulu kita harus mengenal sosok tersebut. Begitu juga dengan kecintaan kita kepada Rasulullah SAW, jangan-jangan cinta kita selama ini hanya ikut-ikutan pada orang lain saja, tanpa kita kita tahu bagaimana karakteristik dan akhlak Rasulullah SAW.
Imam al-Bukhari dalam Shahih-nya, tepatnya dalam bab berjudul hubb al-rasul minal iman terdapat hadis yang berbunyi:
لا يؤمن أحدكم حتى أكون أحب إليه من والده وولده والناس أجمعين
“Tidaklah (sempurna) iman salah seorang diantara kalian, sampai diriku (Rasulullah) lebih ia cintai daripada orang tua dan anaknya sendiri, serta dari seluruh manusia.” (HR. Bukhari)
Ibnu Hajar dalam Fath al-Bari 279 kemudian menjelaskan bahwa hadis di atas menunjukkan kalau seorang yang beriman haruslah mencintai Rasulullah SAW, bahkan harus melebihi cintanya kepada orang tua dan anaknya sendiri. Di antara alasannya adalah karena Rasulullah-lah yang telah membawa petunjuk Allah SWT kepada umat manusia sekaligus mengeluarkan mereka dari gelapnya kebodohan dan kekafiran.
Selain itu, pribadi beliau yang mulia juga senantiasa menjadi buah bibir yang baik hingga saat ini. Allah SWT dalam Al-Quran mengabadikan sifat pribadi beliau sebagai uswah hasanah (teladan terbaik) bagi semua orang yang mengharapkan akhirat. Selain itu, seorang non-Muslim seperti Michael Hart meletakkan Rasulullah sebagai orang yang paling berpengaruh di dunia di atas tokoh-tokoh dunia yang lain.
Terkait pribadi Rasulullah SAW sebagai uswah hasanah, Imam al-Alusi dalam tafsirnya Ruh al-Ma’ani 21/167 menyebutkan:
ويجوز أن يراد بالأسوة القدوة بمعنى المقتدى على معنى هو صلى الله عليه وسلم في نفسه قدوة يحسن التأسي به, وفي الكلام صنعة التجريد وهو ينتزع من ذي صفة آخر مثله فيها مبالغة في الإتصاف… فهي عامة في كل أفعاله صلى الله عليه وسلم إذا لم يعلم أنها من خصوصياته…
Inti dari kutipan di atas adalah Imam al-Alusi ingin menegaskan bahwa dengan keagungan pribadi yang tiada tandingannya itu, Rasulullah SAW secara umum pantas untuk diteladani dalam berbagai aspek kehidupannya, kecuali pada beberapa hal yang memang menjadi khususiyyat (kekhususan) bagi beliau.
Dalam buku ‘Mengenal Pribadi Agung Nabi Muhammad ﷺ’, Imam al-Tirmidzi membawakan sebuah hadis di mana Ali bin Abi Thalib menyifati Rasulullah sebagai berikut:
“Siapa pun yang melihatnya pasti akan menaruh hormat kepadanya, dan siapa pun yang pernah berkumpul dan kenal dengannya pasti akan mencintainya. Orang yang menceritakan sifatnya, pasti akan mengatakan, “aku belum pernah melihat orang seperti beliau sebelum atau sesudahnya.” (hlm. 13)
Pada halaman yang sama, terdapat juga gambaran fisik Rasulullah SAW, yang dideskripsikan tidak terlalu pendek, pun tidak terlalu tinggi. Memiliki rambut yang tidak keriting juga tidak lurus kaku, melainkan beliau memiliki rambut yang bergelombang, dan sifat-sifat lainnya.
Selain karakteristik fisik Rasulullah SAW, buku ini juga memuat tentang keseharian Rasulullah SAW seperti cara berjalan, duduk, makan, berpakaian, hingga cara tidur Rasulullah SAW. Misalnya pada beberapa kutipan berikut:
“Tentang pakaian kesukaan Nabi SAW, Ummu Salamah berkata, “Pakaian yang paling disukai oleh Rasulullah SAW adalah gamis.” (hlm. 38)
Tentang cara berjalan Rasulullah diriwayatkan dari ‘Ali bin Abi Thalib, “Apabila Nabi SAW berjalan, maka beliau berjalan dengan tegak seolah-olah beliau sedang menapaki jalan menurun”. (hlm. 71)
Dua contoh di atas, meskipun diperselisihkan oleh para ulama apakah itu menjadi sunah bagi umatnya atau tidak, namun mereka sepakat bahwa kedua hal tersebut bisa diamalkan dalam rangka tabarruk (mengambil berkah) dengan menyerupai keadaan Rasulullah SAW dalam berbagai keadaan.
Ada juga yang menjadi sunah bagi umatnya untuk dilakukan seperti bagaimana adab beliau sebelum tidur, yaitu riwayat dari Aisyah:
“Rasulullah SAW ketika hendak tidur setiap malamnya, beliau menyatukan kedua telapak tangannya dan meniupnya seraya membaca, _“Qul huwa Allahu ahad, qul a’udzu birabbil falaq dan qul a’udzu birabbin nas”. Beliau kemudian mengusapkan kedua telapak tangan itu ke badan beliau semampunya; dimulai dari kepala, wajah dan bagian depan badannya. Beliau melakukannya sebanyak tiga kali.”
Hadis di atas menjelaskan bagaimana adab Rasulullah SAW sebelum tidur bahwa beliau membaca QS al-Ikhlas, al-Falaq dan an-Nas kemudian mengusapkannya ke seluruh tubuh semampunya. Begitulah keadaan Nabi SAW yang sebelum tidur mengingat Allah SWT, bangun tidur pun juga mengingat Allah SWT dengan membaca Al-Quran. Lantas, bagaimana dengan kita? Sudahkah meneladani adab beliau?
Buku ‘Mengenal Pribadi Agung Nabi Muhammad ﷺ’ ini sendiri merupakan buku terjemahan dari kitab al-Syamail al-Muhammadiyyah karya Imam al-Tirmidzi yang berisikan berbagai hal tentang Rasulullah SAW, mulai dari A sampai Z, mulai dari karakteristik fisik beliau, keseharian, akhlak, hingga masalah mimpi bertemu beliau.
Tentu saja buku ini sangat cocok dibaca untuk lebih mengenali Rasulullah SAW secara detail beserta kesehariannya, ditambah buku terjemah ini disertai dengan beberapa gambar penunjang, seperti foto rambut Nabi SAW yang tersimpan di museum Topkapi dan lain-lain. Walaupun gaya pemaparannya mungkin agak sedikit kaku, karena ‘hanya’ berisikan hadis-hadis tanpa adanya penjelasan. Wallahu a’lam.