Beliau memiliki nama ‘Aisyah. Julukan (laqab) beliau adalah as-Ssiddiqah sebagaimana ayah beliau memiliki julukan as-Siddiq. Beliau juga memiliki nama kun’yah Ummu Abdillah (Ibu ‘Abdullah), dinisbatkan kepada Abdullah, anak dari saudarinya.
Nabi Muhammad saw. sangat sering memanggilnya dengan Biniti Abi Bakr (putri Abu Bakar). Kadang juga menjulukinya dengan Humaira’. Akan tetapi, panggilan Humaira’ ini menurut ulama hadis, sangat jarang sekali.
Sayidah ‘Aisyah termasuk istri yang paling dicintai oleh Rasulullah setelah Sayidah Khadijah. Tak heran jika banyak istri-istri Rasulullah kadang cemburu. Sayidah ‘Aisyah sendiri kadang juga cemburu. Karena Rasulullah saw. seringkali menyebut nama Khadijah.
Arti Humaira’
Humaira’ adalah bentuk tasghir dari kata Hamra’. Kata Hamra’ ini memiliki arti merah. Apakah berarti Sayidah ‘Aisyah berwarnah merah atau kemerah-merahan?
Menurut Imam adz-Dzahabi dalam Siyar A’lam an-Nubala’, arti Humaira’ adalah putih yang cantik (al-Baida’ al-Jamilah).
Ulama hadis juga mengartikan Humaira’ dengan Baidha’ (putih). Seperti disebutkan dalam Syarh Sunan Ibnu Majah atau Mirqat al-Mafatih.
Orang ‘Arab memang lebih suka menyebutkan orang putih dengan kata Ahmar (merah). Sebab, kata Abyad (putih) lebih berkonotasi pada putih dikarenakan penyakit belang (barash).
Sayidah ‘Aisyah adalah wanita yang lebih senang tertutup. Juga, memuji wanita yang menutupi wajahnya.
Misalnya, ketika perang Jamal, beliau tetap berada dalam tandu dan melaknat orang yang menjulurkan kepala kepada beliau.
Ketika ayat hijab turun, Sayidah ‘Aisyah juga mengatakan, bahwa perempuan-perempuan muslimah kala itu langsung mengenakan Khimar. Khimar ini kemudian dijelaskan oleh Imam Ibnu Hajar al-‘Asqalani dengan penutup wajah.
Sayidah ‘Aisyah Kekasih Rasulullah
Rasulullah saw. sangat mencintai Sayyidah ‘Aisyah. Hal inilah yang membuat Rasulullah lebih suka dirawat di rumah Sayidah ‘Aisyah saat sakit sebelum wafat.
Bahkan, ketika wafat pun, Rasulullah sedang berada dalam pangkuan Sayidah ‘Aisyah.
Panggilan Humaira’ dari Rasulullah, juga merupakan ungkapan ‘sayang’ dari beliau kepadanya.
Mungkin banyak orang bertanya, kenapa Rasulullah sangat mencintai Sayidah ‘Aisyah? Apakah karena kecantikannya? Atau karena yang lainnya?
Al-‘Allamah Sayid Sulaiman an-Nadwi, salah satu ulama India mengatakan dalam kitabnya, as-Sirah as-Sayidah ‘Aisyah Ummil Mu’minin bahwa dugaan Rasulullah mencintai Sayidah ‘Aisyah karenca kecantikan itu pasti tertolak (mafrudh ithlaqan).
Alasannya sangat sederhana, karena istri-istri Rasulullah yang lain tak kalah cantiknya. Sebut saja Sayidah Zainab, Sayidah Juwairiyah, dan Sayidah Shofiyah yang salah satu keturunan Israel.
Bahkan kata al-‘Allamah Sayid Sulaiman ini, banyak dalam hadis, atsar, maupun sejarah yang mencamtukan kecantikan istri-istri Rasulullah. Namun, kecantikan Sayidah ‘Aisyah tak pernah tertuliskan kecuali satu kali atau dua kali saja.
Lalu, apa keistimewaan Sayidah ‘Aisyah sehingga lebih dicintai Rasulullah saw.?
Rasulullah saw. pernah bersabda, jika mau menikah maka nikahilah perempuan yang memiliki agama. Orang yang menikah wanita seperti itu maka akan bahagia.
Dengan kata lain, Rasulullah saw. juga pasti lebih mencintai wanita yang lebih bermenfaat untuk agama dan tersebarnya agama Islam.
Sayidah ‘Aisyah Ulamanya Para Sahabat
Sayidah ‘Aisyah memiliki kelebihan tersendiri yang tidak dimiliki wanita-wanita lain. Beliau wanita yang cerdas dan kuat hafalannya. Maka tak heran jika beliau termasuk sahabat Rasulullah yang banyak meriwatkan hadis.
Selain itu, Sayidah ‘Aisyah memiliki ilmu yang luas dan menjadi pakar dalam banyak bidang ilamu. Keilmuan beliau memang benar-benar matang. Sehingga beliau menjadi rujukan para sahabat Rasulullah baik yang junior maupun senior.
Beliau pakar dalam masalah tafsir, hadis, fikih, obat-obatan, bahkan dalam masalah sejarah. Beliau juga termasuk sahabat yang memiliki otoritas ijtihad, mampu melihat dan menjawab persoalan aktual.
Maka tak heran, jika Sayidah ‘Aisyah menjadi wanita yang paling dicintai oleh Rasulullah saw..
Jadi, jawaban yang paling masuk akal dari pertanyaan, “Kenapa Sayidah ‘Aisyah lebih dicintai oleh Rasulullah?” karena Sayidah ‘Aisyah adalah orang yang berilmu.
Terlepas dari itu semua, Rasulullah pernah berdoa, “Ya Allah, inilah bagianku yang aku miliki. Maka jangan cela aku dalam sesuatu yang Engkau miliki dan tidak aku miliki.”
Maksudnya, Rasulullah saw. sudah adil dalam perilaku kepada semua istri-istri beliau. Tapi, tidak bisa dalam masalah cinta. Karena cinta itu murnia dari Allah bukan dari diri Rasulullah saw..
Peran Sayidah ‘Aisyah dalam Keilmuan Islam
Diantara hikmah poligami Rasulullah adalah mencetak sumber-sumber hadis. Mereka menjadi juru bicara atas semua perilaku dan ucapan Rasulullah. Terlebih untuk urusan yang tidak bisa diketahui oleh para sahabat yang lain.
Oleh karenanya, para Istri Rasulullah memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga hadis-hadis Rasulullah saw..
Terlebih Sayidah ‘Aisyah dan Ummu Salamah. Sebagaimana perkataan Mahmud bin Labid yang dikutip oleh Imam Muhammd bin Sa’ad az-Zuhri dalam Thabaqat al-Kubra, “Istri-istri Rasulullah menjaga banyak hadis Rasulullah dan tidak ada bandingannya untuk Aisyah dan Ummu Salamah,”
“Aisyah berfatwa di masa Umar dan di masa Utsman. Keduanya juga menanyakan kepada ‘Aisyah tentang sunan (hadis-hadis Rasulullah),” lanjutan perkataan Mahmud bin Labid.
Imam adz-Dzahabi menyebutkan hadis yang diriwayatkan Sayidah ‘Aisyah sebanyak 2210 hadis. Jumlah yang luar biasa banyaknya.
Dengan demikian, istri-istri Rasulullah memiliki peran yang luar biasa dalam keilmuan Islam. Khususnya Sayidah ‘Aisyah Rahimaha Allah.